Pesiar Keliling Bumi dan Langit

Quran Explorer - [Sura : 17, Verse : 1 - 1]

Muhammad bin Abdullah adalah salah satu dari sekian banyak lelaki dari suku Quraisy dan banyak manusia di dunia. Masih banyak lagi lelaki dan manusia lainnya yang lebih kuat, lebih pintar dan lebih kaya dari Muhammad itu sendiri. Bahkan ada sebagian dari mereka itu yang menjadi raja diraja yang tidak didapat Muhammad, anak dari seorang ayahanda bernama Abdullah dan seorang ibunda bernama Aminah. 

Di usia empat puluh tahun, Muhammad bin Abdullah mendapat wahyu dari Allah Maha Kuasa sebagaimana dialami beberapa manusia sebelumnya seperti Isa anaknya Siti Maryam. Siapa mendapat wahyu, pertanda Allah telah mengangkatnya sebagai Nabi dan Rosul. Jadilah Muhammad bin Abdullah sebagai penutup Nabi dan Rosul, tidak ada Nabi dan Rosul setelah beliau meninggal dunia sampai dunia mengalami kiamat kelak. 

Sejak diangkat menjadi Nabi sekaligus Rosul maka Muhammad SAW merasakan kehidupan yang lain dari yang lain yang penuh kesusahan. Jika diangkat menjadi raja diraja pasti merasakan kemegahan, kemewahan, kesenangan dan kemuliaan melebihi manusia-manusia lainnya. Tapi diangkat menjadi Nabi sekaligus Rosul justru sebaliknya, Muhammad harus kehilangan kemegahan, kemewahan, kesenangan dan kemuliaan. Gelarnya sebagai Al-Amin (Dipercaya) berganti menjadi Si Pendusta, Si Orang Gila dan Si Putus Turunan. 

Sesungguhnya Muhammad tidak pernah merencanakan apalagi membayangkan bakal diangkat menjadi Nabi dan Rosul. Hal ini menjadi hak mutlak Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang termasuk hak mutlak Allah untuk menghidupkan dan mematikan manusia. Tidak ada pilihan bagi beliau kecuali melaksanakan tugas-tugas kenabian dan kerasulan sepanjang hidupnya sampai matinya dengan sungguh-sungguh. 


Ketika menjalani tugas-tugas kenabian dan kerasulan selama berada di tempat kelahirannya di Mekkah, beliau mengalami hari-hari penuh kesusahan sekaligus kehilangan kekayaan dan kemuliaan. Bahkan harus pula menghadapi ancaman pembunuhan setelah istri beliau, Siti Khadijah dan paman beliau, Abu Thalib meninggal dunia. 


Dalam keadaan dan kondisi apapun beliau selalu menunjukkan diri sebagai manusia yang berakhlak mulia. Makin besar kesusahan yang ditujukan kepada beliau, makin bersinar pula akhlaknya sehingga diantara mereka yang selalu menyusahkan Nabi, ada yang tunduk hatinya lalu menuhankan Allah dan menjadi muslim yang baik.

Dari hari ke hari, jumlah manusia yang menuhankan Allah dan meninggalkan tuhan-tuhan selain Allah bertambah banyak karena tertarik dengan akhlak Nabi. Namun kebanyakan mereka berdiam diri karena takut ancaman teror dan pembunuhan dari aparat pemerintah Quraisy. 


Perkembangan begitu membuat pemerintah Quraisy kehilangan akal sehatnya. Semua tawaran kesenangan maupun ancaman kesusahan kepada Muhammad untuk menghentikan dakwahnya selalu gagal. Apapun tawaran dan ancaman tidak akan pernah bisa menghentikan beliau dalam melaksanakan amanat dari Allah. Bahkan beliau tidak begitu menunjukkan kesedihan ketika merasakan kesusahan demi kesusahan akibat teror pemerintahnya dan masyarakatnya. 


Kesedihan beliau baru muncul pada saat istri dan paman, Siti Khadijah dan Abu Thalib meninggal dunia. Di sini beliau benar-benar bersedih hati layaknya manusia biasa lainnya waktu ditinggalkan orang-orang yang mencintainya dan dicintainya. Terkenang istrinya yang telah mengorbankan semua hartanya untuk suksesnya dakwah. Terbayang pamannya yang terus melindunginya dengan segenap jiwa.


Barangkali itulah puncak kesedihan beliau setelah bertahun-tahun bekerja sebagai pembawa risalah dari Tuhannya. Karena itulah Tuhannya, pemilik dari risalah itu, menghiburnya dan mengajaknya keliling langit dan bumi menyaksikan kekuasaan-Nya. Nun jauh di sana, semua kekuasaan memang hanya milik Allah SWT.

No comments:

Post a Comment

Berkomentarlah dengan cerdas dan bijak, lebih baik diam daripada anda komentar yang tidak bermutu